Strategi Hadapi Jumlah Klik Website Turun karena AI Overview

Inilah solusi saat AI Overview memangkas trafik: strategi adaptif untuk mempertahankan visibilitas website Anda.

STRATEGI KONTEN

Yongky Yulius

8/4/20254 min baca

Fitur AI Overview yang dirilis oleh Google ternyata berdampak pada performa organik website.

Di Linkedin, saya melihat banyak pengelola website, entah itu SEO Specialist atau Content Strategist, yang mengunggah tangkapan layar Google Search Console mengenai performa website-nya yang jumlah klik dan CTR-nya (click through rate) turun.

Jika dilihat dari bulannya, penurunan itu terjadi ketika AI Overview mulai dirilis.

Di Indonesia, fitur tersebut diluncurkan mulai Oktober 2024.

Jadi, terlihat data penurunan klik di Google Search Console itu bermula sejak antara akhir 2024 hingga awal 2025.

Lantas, kenapa AI Overview bisa membuat jumlah klik website menurun?

Dan apa yang harus dilakukan oleh publisher atau bisnis yang mengandalkan strategi traffic organik melalui website?

Saya akan coba paparkan di bawah ini.

Cara Kerja AI Overview yang Membuat Klik Website Menurun

AI Overview adalah fitur di mana Google akan meringkas informasi yang dicari pengguna, lalu menampilkannya dalam bentuk teks yang singkat, jelas, dan langsung menjawab.

AI Overview ini akan ditempatkan di posisi paling atas di halaman hasil pencarian Google (SERP Google).

Posisi itu biasa juga dikenal sebagai position zero, karena lebih tinggi dari website urutan pertama yang ditampilkan di halaman hasil pencarian tersebut.

Dulunya, position zero didominasi oleh snippet, yaitu kutipan atau sebagian tulisan dari konten website yang relevan dan menjawab.

Namun sekarang, banyak position zero yang diambil alih oleh hasil rangkuman AI Overview.

Dengan adanya AI Overview, pengguna tentu saja cukup membaca rangkuman itu tanpa perlu lagi harus mengklik website untuk mendapatkan jawaban dari apa yang dicari.

Nah, inilah yang membuat jumlah klik dan CTR di website menurun.

Lebih lanjut lagi, menurut saya, konten yang paling terdampak AI Overview ini adalah konten yang sifatnya informatif dan generik.

Biasanya, konten itu berada di top of funnel (TOFU), dengan tujuan untuk mendatangkan klik ke website untuk meningkatkan brand awareness.

Contoh konten informatif dan generik itu adalah:

  • Apa itu SEO?

  • Apa itu rumah minimalis?

  • Apa saja perbedaan antara reksa dana dan deposito?

  • Apa saja kelebihan dari iPhone 15?

  • Dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Konten-konten yang sifatnya informatif dan generik itu, sangat mudah digantikan oleh AI.

Berbeda dengan konten-konten yang dicari pengguna yang memiliki niat membeli yang tinggi atau sedang menimbang produk atau jasa.

Konten dengan niat beli tinggi biasanya berada di tahap MOFU (Middle of Funnel) dan terutama BOFU (Bottom of Funnel).

Karena itu, pengunjung yang niat seperti itu, tidak cukup hanya membaca ringkasan AI Overview saja, mereka juga harus membaca review dari orang yang ahli dan berpengalaman atau membutuhkan halaman transaksi barangnya secara langsung.

Jadi, sudah punya gambaran kenapa AI Overview bisa membuat klik website turun?

Sekarang, saya akan lebih lanjut membahas seputar strategi untuk menghadapi hal tersebut.

Strategi Hadapi Jumlah Klik Website Turun karena AI Overview

1. Ubah Konten Informatif dan Generik jadi Konten Khas Brand Anda

Karena konten yang sifatnya informatif dan generik lebih mudah diambil klik atau traffic-nya oleh AI Overview, apakah Anda harus menghindari pembuatan konten tersebut?

Tentu saja tidak.

Konten itu masih harus tetap dibuat, karena pada dasarnya AI pun membutuhkan informasi dari website untuk merangkum dan menyajikan seputar konten itu ke pengguna.

Jadi, 'game' dari konten informatif dan generik itu sekarang berubah, bukan lagi mencari jumlah klik, tapi seberapa banyak konten itu akan dirujuk AI.

Suka atau tidak suka, lama kelamaan AI akan menjadi sumber rujukan informasi terpercaya oleh banyak orang.

Karena itu, jika brand Anda ingin semakin dipercaya pengguna, tentu harus sesering mungkin dirujuk oleh AI.

Dan sejauh ini, konten yang sering dirujuk oleh AI, adalah konten yang berasal dari website dengan otoritas tinggi, website dengan niche yang spesifik, dan website dengan konten yang khas.

Membangun otoritas website butuh waktu lama.

Jadi, saat membuat konten informatif dan generik, pastikan konten itu sudah sesuai dengan niche spesifik website-mu, dan memiliki isi yang khas.

Yang dimaksud isi yang khas itu misalnya adalah kontennya menjelaskan soal apa itu rumah minimalis, tapi menurut versi brand Anda sendiri.

  • Contohnya: Pengertian Rumah Minimalis Menurut Versi [Nama Brand].

Lalu, isi kontennya pun jangan pengulangan dari konten-konten yang sudah ada. Tapi, Anda bisa membuat konten dengan sudut pandang berbeda yang khas.

2. Mulai Perbanyak Konten MOFU dan BOFU

Seperti dijelaskan sebelumnya, pengguna dengan niat beli tinggi biasanya mencari konten yang berada di tahap MOFU (Middle of Funnel) dan terutama BOFU (Bottom of Funnel).

Dan pengguna dengan niat beli tinggi, tidak cukup hanya bisa membaca satu rangkuman dari AI Overview saja.

Adapun konten MOFU dan BOFU menyasar pengguna dengan niat lebih tinggi, yang:

  • Ingin membandingkan pilihan

  • Siap membeli

  • Butuh rekomendasi spesifik atau solusi mendalam

  • Butuh studi kasus, review, perbandingan

Ini adalah jenis konten yang tidak mudah disimpulkan oleh AI dalam satu paragraf saja.

Beberapa contoh dari konten MOFU dan BOFU di antaranya adalah:

  • TOFU (Top of Funnel) – rentan terhadap AI Overview:

    • Apa itu digital marketing?

    • Cara bermain Roblox di HP

    • Apa itu ikigai?

  • MOFU (Middle of Funnel):

    • Strategi digital marketing untuk UMKM

    • Tips naik level cepat di Roblox Pet Simulator X

    • Cara menemukan ikigai untuk karier digital

  • BOFU (Bottom of Funnel):

    • Rekomendasi jasa digital marketing untuk UMKM

    • Top up Roblox termurah & aman

    • Konsultasi privat: menemukan ikigai & tujuan kerja

3. Mulai Kembangkan Channel Distribusi Konten Lainnya

Jika selama ini website-mu hanya mengandalkan distribusi konten secara organik melalui SEO, sebaiknya pertimbangkan untuk mengembangkan channel distribusi lainnya.

Anda bisa mengarahkan pembaca blog atau pengunjung website ke channel lain, seperti misalnya newsletter, WhatsApp Channel, Telegram Channel, atau Discord.

Berikut adalah kelebihan dan kekurangan masing-masing channel tersebut:

Newsletter (Email):
Kelebihan:

  • Punya owned audience penuh (bukan platform orang lain)

  • Tingkat konversi tinggi — cocok untuk BOFU dan konten mendalam

  • Bisa diotomasi dengan tools seperti MailerLite/ConvertKit

Kekurangan:

  • Butuh effort membangun list awal

  • Tidak semua orang rutin buka email

  • Desain email bisa masuk spam/junk

WhatsApp Channel:
Kelebihan:

  • Notifikasi langsung, sangat terbaca

  • Cocok untuk update pendek, cepat, eksklusif

  • Banyak pengguna aktif di Indonesia

Kekurangan:

  • Format terbatas (tidak cocok untuk artikel panjang)

  • Belum bisa komentar/balas

  • Tidak SEO-friendly sama sekali

Telegram Channel:
Kelebihan:

  • Bisa broadcast konten panjang + link + file

  • Bisa digabung dengan grup diskusi

  • Mudah dikembangkan komunitasnya

Kekurangan:

  • Masih niche di Indonesia

  • Perlu effort membangun habit buka Telegram

  • Terlalu banyak broadcast bisa dianggap spam

Discord Server:
Kelebihan:

  • Cocok untuk komunitas interaktif & segmented (via channel)

  • Ideal untuk niche tech/gaming/kreatif

  • Bisa jadi tempat UGC & ide konten baru

Kekurangan:

  • Tidak cocok untuk semua audiens (perlu edukasi penggunaan)

  • Agak rumit untuk pemula

  • Tidak bisa broadcast langsung ke semua member dengan notifikasi yang pasti terlihat

***

Itulah pendapat saya mengenai strategi untuk menghadapi jumlah klik website turun karena AI Overview.

Jika Anda merasa artikel ini relate, mungkin Anda bisa bantu Anda lebih jauh lagi.

Kunjungi halaman utama visidigital.net atau klik tombol konsultasi di bawah jika kamu membutuhkan bantuan SEO dan Content Markering.